Kamis, 31 Desember 2009

Menajaga pandangan

Jika seorang pelajar ingin meraih kesempurnaan ilmu, hendaklah ia menjauhi kemaksiatan dan senantiasa menundukkan pandangannya dari hal-hal yang haram untuk dipandang karena yang demikian itu akan membukakan beberapa pintu ilmu, sehingga cahayanya akan menyinari hatinya. Jika hati telah bercahaya maka akan jelas baginya kebenaran. Sebaliknya, barangsiapa mengumbar pandangannya, maka akan keruhlah hatinya dan selanjutnya akan gelap dan tertutup baginya pintu ilmu.
(Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).


Mata dan hati memiliki ikatan yang kuat. Para dokter akhlaq bertutur, “Antara mata dan hati ada kaitan eratnya. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hati pun rusak dan hancur.
Berapa banyak jatuh korban akibat kerlingan mata yang membawa kehancuran dan penderitaan. Sudah amat banyak kita dengar kasus-kasus perbuatan keji yang dilakukan oleh para pemuda (perzinaan, homoseks, lesbian), suami-istri yang bercerai, atau menderitanya anak-anak sebagai korban.
Semua bencana ini berasal dari pandangan mata, sebagaimana kata penyair, “Pandangan, lalu senyuman, kemudian salam dan bicara, lalu janji, kemudian pertemuan”. Pandangan melahirkan lintasan pikran, lintasan pikiran melahirkan nafsu syahwat, nafsu syahwat melahirkan kemauan yang kuat, sehingga menjadi tekad yang bulat. Dari sini dapat dipastikan akan muncul suatu perbuatan, selama tidak ada penghalang. Mustahil bisa terjaga kehormatan dan kesucian keluarga kecuali dengan menahan diri dan menjaga pandangan mata.

Sebuah pepatah mengatakan, “Bersabar menjaga mata lebih mudah daripada bersabar menanggung derita sesudahnya.” Seseorang yang mengumbar pandangannya akan senantiasa menyesal, ia terkena panah dari salah satu panah beracun iblis. ‘Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata, “Mata adalah tempat memancing bagi setan.” Masuknya setan salah satunya ketika seseorang memandang. Sesungguhnya masuknya setan lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke ruangan yang hampa. Setan akan menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan indah, menjadikannya sebagai berhala tautan hati. Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu ia nyalakan api syahwat dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin melakukannya tanpa adanya gambaran wujud yang dipandangnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kaum mukminin dan mukminat apa yang menimbulkan syhwat lelaki dan syahwat wanita dan tidak memperkeras peringatan-Nya dari perzinaan saja. Bahkan apa yang mengajak atau mendekatkan pada zina pun dilarang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.
(Al-Quran al-Karim Surah Al-Isra’ [17]: 32).

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Dua pasang mata itu berzina dengan cara melihat.” (Muttafaq ‘alaihi). Dipahami bahwa menatap dengan mata adalah sebagian dari zina karena mendapat bagian yang besar dari kelezatan serta hiburan antara pria dan wanita. Oleh sebab itu, pandangan mata harus dijaga.

MANFAAT MENJAGA PANDANGAN MATA
[1]. Mendekatkan hati kepada Allah.
Melepaskan pandangan tanpa kontrol dapat merusak dan menjauhkan hati dari Allah, serta dapat memutuskan hubungan antara hamba dan Tuhan. Para pemerhati masalah jiwa mengemukakan bahwa antara mata dan hati ada satu celah dan jalan. Manakala mata rusak, maka hati pun rusak, dan menjadi tempat kotoran. Hati itu tak bisa lagi menjadi fasilitas untuk mengenal, mencintai, dan menuju Allah.

[2]. Memberikan pakaian penuh cahaya kepada hati.

Melepaskan pandangan secara bebas berarti membusanai hati dengan pakaian kegelapan. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan ayat an-Nur (cahaya) segera setelah memberikan perintah menjaga pandangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
”Katakanlah kepada orang-orang mukmim untuk menjaga pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka”
(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nur [24 ]: ayat 30)
Setelah itu, Allah menyebutkan hasil atau pengaruhnya,
“Allah adalah cahaya yang menerangi langit dan bumi. Cahaya-Nya itu bagaikan lubang, yang di dalamnya ada pelita … “
(Al-Qur’an Al-Karim Surah An-Nur [24]: ayat 35)
Yaitu, seperti cahaya Allah di dalam hati hamba-Nya yang mukmin yang menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Manakala hati mendapat nur, hati itu dapat menerima berbagai kebaikan dari segala sisi. Namun, ketika hati gelap, ia menerima seluruh musibah dan keburukan dari semua tempat.

[3]. Melahirkan firasat yang benar, yang dengannya seseorang bisa membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang jujur dan yang dusta.

Syuja’ al-Karmaniy mengatakan, ”Siapa yang mengisi lahiriahnya dengan mengkuti sunnah dan mengisi batinnya dengan senantiasa mawas diri, menjaga pandangan dari yang terlarang, menahan diri dari syubhat, dan makan yang halal, pasti firasatnya tidak pernah salah.” Syuja’ sendiri adalah orang yang firasatnya senantiasa benar.

[4]. Membuat hati berkonsentrasi dalam memikirkan hal-hal yang baik.
Mengumbar pandangan, akan membuat seseoarang akan lupa akan hal itu, karena ada pembatas antara dia dan hatinya. Jiwanya pecah dan ia jatuh ke dalam perangkap hawa nafsunya dan lalai mengingat Tuhan.
Ada kisah menarik mengenai menjaga pandangan ini. Karena sangat menjaga pandangannya, sebagian orang menduga bahwa Rabi’ bin Khutsaim buta. Selama dua puluh tahun, ia sering berkunjung ke rumah ibnu Mas’ud, ”Temanmu yang telah buta telah datang.” Ibnu Mas’ud tertawa karena ucapan itu. Ketika melihat Rabi’, Ibnu Mas’ud berkata, ”Alangkah gembiranya al-mukhbitiin (orang-orang yang merendahkan diri dihadapan Allah). Demi Allah, seandainya Muhammad Shallallahu ’alaihi wa Sallam melihatmu, pasti beliau senang.”
Mata yang selalu dijaga dari hal-hal yang diharamkan, tidak akan tersentuh oleh api neraka sebagaimana sabda Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam, “Tiga pasang mata tidak akan menyentuh api neraka, yaitu mata yang menutup dari apa yang diharamkan oleh Allah, mata yang terjaga di jalan Allah, dan mata yang menangis karena takut kepada Allah.” (Hadits Riwayat Imam Hakim dan Imam Baihaqy).
Balasan itu setimpal dengan amal. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah, niscaya Allah akan mencemerlangkan cahaya bashirahnya. Siapa yang meninggalkan sesuatu demi Allah, Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik baginya. Apabila seseorang menjaga pandangan dari hal-hal yang haram, Allah akan menggantikannya dengan nur pandangan-Nya. Allah juga akan membukakan untuknya pintu pengetahuan, iman, makrifat, dan firasat yang benar.
Sebagai penutup, nasihat dari Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah untuk memohon pada Allah agar menghidupkan hati kita.
Sungguh aneh orang yang punya keperluan dan memohon agar Allah memenuhinya, namun ia tak memohon untuk menghidupkan hatinya agar tidak terjangkit kebodohan, agar disembuhkan dari penyakit syahwat dan syubhat; sebab jika hati telah mati maka ia tak akan merasakan kedurhakaan kepada Allah.
(Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah)

Wallahu a’lam bish-showab wa ‘afwu minkum.

Senin, 28 Desember 2009

Kesimpulan tata cara pergaulan

Berikut kesimpulan dari berbagai tata cara pergaulan dengan
seumum masyarakat, disebutkan dengan ringkas di bawah:

Jangan memandang kecil, rendah atau hina kepada sesiapa pun, sama ada
yang masih hidup mahupun yang sudah mati,
kerana bersikap demikian akan
membinasakan anda. Sebenarnya anda tiada mengetahui mungkin sekali orang
itu lebih baik nasibnya dari anda di hari belakang. Sekalipun orang itu
pada lahirnya fasik jahat, tidak mustahil pula nasib yang semacam itu
akan menimpa dirimu sendiri, sehingga anda mengakhiri hayatmu dalam
keadaa fasik dan jahat, sedangkan ia mengakhiri hayatnya dalam keadaan
baik dan saleh.

Janganlah menilai seseorang itu menurut keadaan dunianya lalu anda
memuliakannya.
Sebab dunia itu kecil sekali di sisi Allah Ta’ala,
segala-gala yang ada di dalam dunia kecil semata-mata Jangan sampai anda
menjual agamamu untuk mendapatkan benda-benda keduniaan, sehingga anda
dipandang kecil di mata orang yang memberinya. Mungkin sekali suatu masa
kelak, anda tidak akan diberinya lagi, maka ketika itu anda akan
kehilangan harga diri di matanya.

Jangan cuba menentang orang lain, sehingga terjadi permusuhan antara
kamu bersama,
melainkan jika anda melihat sesuatu kemungkaran dalam agama
yang dilakukan oleh orang itu maka ketika itulah boleh anda menentang
usaha-usaha kemungkaran yang dilakukannya itu.

Jangan merasa puasa hati bila mendengar pujian orang di hadapanmu
ataupun merasa senang bila ditunjukkan rasa kemesraan dan muka manis
terhadapmu,
sebab yang demikian itu belum tentu dari hakikat batinnya.

Jangan sekali-kali mengadukan segala hal-ehwalmu yang berupa kesusahan
dan sebagainya kepada orang lain
sebab di khuatiri bahwa Allah Ta’ala
akan murka lalu diserahkan semua urusanmu itu kepada orang itu.

Jangan harapkan orang lain akan bersikap sama terhadapmu bila berada di
belakangmu,
sebagaimana yang anda kenal kepadanya di masa berdepan
denganmu. Harapan semacam itu adalah sia-sia belaka dan tidak betul.

Jangan terlalu mengharapkan untuk memiliki apa-apa yang ada di dalam
tangan orang,
niscaya anda akan dipandang hina olehnya. Tetapi apabila
meminta sesuatu benda dari seorang kawan lalu diberinya benda itu pada
anda, maka itulah seorang kawan yang berfaedah. Jika ia tidak
memberinya, maka janganlah anda mencacinya, kelak ia akan menjadi lawan
yang bukan senang bagimu untuk menghadapnya.

Jangan membuang masa untuk menghambur-hamburkan nasihatmu kepada orang
yang sudah ternyata tidak mahu menerima nasihat-nasihat itu darimu.

Kerana bukan saja ia tiada akan mendengar nasihat-nasihatmu itu, malah ia
akan memusuhimu pula. Kalau perlu di nasihatkan juga, maka hendaklah
dengan sindiran, atau memberikan berbagai-bagai contoh dengan bercerita
tanpa diberitahukan kepadanya, bahwa dialah orang yang dimaksudkan.

Jika anda mendengar bahwa orang itu pernah mencelamu, atau membuat
sesuatu keburukan terhadap dirimu, maka sebaik-baiknya anda serahkan
perkaranya kepada Allah Ta’ala, serta anda berlindung dengan Allah
daripada bahaya-bahayanya. Ingatlah jangan cuba memikirkan sesuatu
rancang balas terhadap perbuatannya itu, sebab yang demikian itu akan
lebih membahayakan diri anda. Terhadap orang-orang yang membuat salah
terhadap dirimu, hendaklah anda tetap menunaikan segala hak-hak mereka,
memekakkan telinga dan mendengar segala kebatilan mereka serta mengakui
semua hak-hak mereka.

Waspadalah dari berkawan dengan semua peringkat manusia, sebab bukan
semua orang dapat memaafkan kehilafan, atau mengampunkan kesalahan atau
menutupkan keburukan. Tetapi biasanya mereka berkira-kira sangat atas
yang kecil dan yang besar dan mendengki terhadap yang sedikit dan yang
banyak.

Jangan segera menyatakan kecintaanmu kepada orang yang anda belum kenal
kesetiaannya dengan cara yang seteliti-telitinya.
Tetapi hendaklah anda
berkawan dengannya dalam waktu yang panjang sedikit, di mana anda dapat
mencubanya dalam hal-ehwalnya, umpamanya dalam urusan wang ringgit, atau
ketika anda dalam keperluan, atau anda cuba mengawaninya dalam pelayaran.
Maka jika anda redha dan senang dengan kelakuannya dalam hal-hal yang
tersebut di atas tadi, maka barulah anda jadikan dia sebagai kawan.
Iaitu kiranya ia lebih tua dari anda, jadikanlah ia seolah-lah ayah, dan
kiranya ia lebih muda dari anda, jadikanlah ia seolah-olah anak, ataupun
kiranya anda sebaya umur dengannya, jadikanlah ia seolah-olah saudara
kandung.

Minggu, 27 Desember 2009

HUKUM MEMAKAI JILBAB

Mengapa kebanyakkan penghuni neraka adalah wanita ?

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid, dia berkata : Rasulullah Shallallahualaihi wa salam bersabda :

“Aku berdiri di pintu surga (ternyata) kebanyakkan orang yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang lemah, sedangkan orang-orang yang kemuliaan (yaitu : orang berharta, orang yang mempunyai kedudukan dan kebahagiaan materil) tertahan (dari masuk surga), tetapi penduduk neraka diperintahkan untuk masuk neraka. Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakkan yang masuk ke dalamnya adalah para wanita � (Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim)

Dan dihadits lain pun diriwayatkan dari Imran bin Hushain radhiyAllahuanhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa salam, beliau bersabda :

Aku melihat-lihat ke dalam surga, Aku juga melihat-lihat ke dalam neraka, maka aku melihat kebanyakkan penghuninya adalah para wanita (Hadits shahih riwayat Bukhari dan diriwayatkan juga oleh Kutubbusittah)

Sungguh. Allah telah menampakkan kepada Nabi kita Shallallahu alaihi wasalam tentang Surga dan Neraka pada malam Isra Mi’raj, ketika itu beliau melihat-lihat kedalam surga, ternyata penghuninya adalah orang-orang yang fakir. Beliau juga melihat-lihat ke dalam neraka ternyata kebanyakkan penghuninya adalah para wanita. (sekarang yang kita tanyakan apakah para wanita yang telah dijelaskan oleh beliau pada masa beliau ?)

jawabnya :
Bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam telah bersabda :

Sebaik-baiknya masa adalah pada masaku, kemudian sesudahnya ( sahabat,
tabi’in, tabiut tabi’in ).Hadits cukup di kenal dikalangan para ahli ilmu tentang keshahihannya) Lalu siapakah yang disebutkan oleh beliau tentang para wanita. Wallahu A’lam

Kemudian apa kesalahan mereka ? apakah mereka tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya, ataukah mereka beryakinan bahwa agama itu harus memuaskan hawa nafsunya.

Atau mereka telah menganggap bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya dalam kehidupan dunia, kalolah benar, berarti benar apa yang dikatakan oleh Allah Ta’ala :

Katakanlah: Apakah (mau) Kami beritahu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang sia-sia saja perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat usaha yang sebaik-baiknya. Mereka itulah orang-orang yang mengingkari (kufur) terhadap ayat-ayat Allah dan menemui-Nya, maka hapuslah amal pekerjaan mereka, dan Kami mengadakan suatu pertimbangan terhadap (amalan) mereka di hari kiamat.Demikianlah, balasan mereka ialah jahanam, disebabkan mereka kufur/ingkar dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan Rasul-rasul- Ku sebagai olok-olok.(Surat Al-Kahfi (18) ayat 103-106)

Ketahuilah, Wanita muslimah.

Atau apakah mereka telah mengadakan adanya pilihan lain untuk urusannya,padahal Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, tapi bagi mereka ada pilihan lain agar sesuai dengan hatinya atau ikut-ikutan dengan orang-orang disekitarnya.

Padahal Allah Ta’ala mengatakan dalam firman-Nya :

Dan tidaklah (patut) bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah tersesat, sesat yang nyata (Surat Al-Ahzab (33) ayat 36)

Dan firman-Nya :

Dan barangsaiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta (Surat Thaha (20) ayat 124)

Lalu kenapa mereka tidak ittiba kepada para wanita yang ada pada masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam yang beliau tetapkan bahwa pada masa beliaulah yang terbaik.

Bukankah pada masa sekarang ini semua telah mengikuti perbuatan al yahud dan an nashara, sehasta demi sehasta lalu sejengkal demi sejengkal.

Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa beliau bersabda :
Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya,yaitu kaum yang memegang cambuk seperti ekor sapi lalu mencambukkannya ke tubuh manusia. kemudian sekelompok wanita yang mengenakan pakaian namun layaknya telanjang. Condong dan berjalan melenggak-lenggok dan kepalanya bergoyang seperti punuk unta yang bergoyang. Mereka tidak akan masuk surga,bahkan tidak dapat mencium aromanya, padahal aroma surga dapat tercium dalam jarak perjalanan segini dan segitu (Hadits shahih riwayat Muslim dan lainnya)

Nabi Shallallahu alaihi wa salam telah melihat-lihat kejadian dunia yang akan datang dan berbagai peristiwa yang menakutkan, maka beliau mengetahui sesuatu yang dipakai oleh wanita, sehingga beliau menyebutkan hadits tersebut. Jadi kita tidak perlu heran dalam hal itu.

Berikut perkataan para ulama-ulama tentang hadits tersebut.

Al Hafizh Abu Al Khaththab berkata : Sabda beliau, Ada dua kelompok penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya maksudnya adalah kelompok dari golongan segala hal.

Ibnu Faris di dalam kitab Al Mujmal mengatakan bahwa cambuk termasuk siksaan yang sesuai dan cambuk artinya mencampur suatu bagian dengan bagian yang lain.

Sabda beliau :
Sekelompok wanita yang mengenakan pakaian namun layak telanjang maksudnya dilihat dari segi baju mereka berpakaian, sedangkan dilihat dari segi agama mereka telanjang, karena mereka terbuka dan menampakkan lekuk-lekuk bentuk tubuh mereka dan sebagian kecantikannya.