Senin, 16 November 2009

Kewajiban mendidik Anak Sholeh

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

(QS. Al Kahfi, 18 : 46)

Hadis Riwayat Imam Muslim, daripada Abu Hurairah r.a sabda Rasulullah s.a.w;

“Apabila mati anak Adam, maka terputuslah segala amalannya melainkan tiga perkara : Sedekah jariah, Ilmu yang bermanfaat dan Anak soleh yang mendoakan untuknya“.

Nama baik yang diberikan orang tua akan berpengaruh pada kepribadian anak. Membaca al-Qur’an dan menulis mengisyaratkann pada perkembangan intelektual anak. Berenang dan memanah mengisyaratkan akan perkembangan jasmani anak. Mencintai Nabi dan keluarganya, membaca al-Quran mengiyaratkan pada perkembangan religius dan sepiritual anak.

Amal shalih anak yang belum baligh, pahalanya akan menjadi miliknya pribadi bukan milik kedua orang tuanya atau orang lain. Tapi orang tuanya mendapat pahala atas usaha mereka dalam mengajari, membimbing dan mendorong anak untuk beramal shalih.

Adab-adab dan kiat dalam mendidik anak: [1] makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red), [2] tidak tergesa-gesa dalam makan, [3] tidak bermewah-mewah dalam makan, Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian, [4] agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak, [5] memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaumwanita, [6] Jangan sampai anak laki-laki menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki, [7] dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh, [8] ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku ….

Bapa dan ibu harus mengerti tujuan kita dihidupkan Allah di dunia ini, apa tugas dan kewajipan kita, dan apa jawapan kita nanti setelah kita dipanggil oleh Allah untuk mengadapNya. Tanpa memahami perkara-perkara ini, maka tidak mungkin akan lahirnya generasi yang bertaqwa, yang mampu memiliki kecemerlangan di dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Anak merupakan amanah dari Allah yang hendaklah dipelihara dan dibimbing sesuai dengan pesanan dan panduan syariat Allah dan RasulNya. Jika ini tidak dilaksanakan dengan betul.

Dalam membicarakan cara bagaimana mendidik anak, perhatikanlah pesanan pendidikan Luqman kepada anaknya di dalam Al-Quran. Ia meliputi pokok ajaran pendidikan yang mengandungi nilai-nilai tinggi yang antaranya: mencakupi asas pendidikan tauhid, akhlak, solat, pendidikan amr ma’ruf nahi munkar, bersikap tabah dan sabar serta kehidupan bermasyarakat.

Peringatan hari kelahiran termasuk bid’ah yang diada-adakan dalam agama dan tidak ada asalnya dalam syari’at yang suci, maka tidak boleh memenuhi undangannya karena hal itu merupakan pengukuhan terhadap bid’ah dan mendorong pelaksanaannya.

Perayaan ulang tahun anak tidak lepas dari dua hal ; dianggap sebagai ibadah, atau hanya adat kebiasaan saja. Kalau dimaksudkan sebagai ibadah, maka hal itu termasuk bid’ah dalam agama Allah. Namun jika dimaksudkan sebagai adat kebiasaan saja, maka hal itu mengandung dua sisi larangan, yaitu: [1] Menjadikannya sebagai salah satu hari raya yang sebenarnya bukan merupakan hari raya, Tindakan ini berarti suatu kelalancangan terhadap Allah dan RasulNya, [2] Adanya unsur tasyabbuh (menyerupai) dengan musuh-musuh Allah

Tanggungjawab ibu bapa mendidik anak-anak mematuhi ajaran Islam terutamanya sholat yang menjadi Rukun Islam kedua.

Sebagai ibu bapa, kita seharusnya melatih anak-anak menegakkan sholat. Caranya, ialah kita sendiri perlu menunjukkan contoh kepada anak-anak dalam kehidupan seharian.

Ibu bapa mesti menunjukkan contoh yang baik kepada anak-anak termasuklah dalam bab ibadat khusus seperti solat. Sepatutnya, kita sentiasa menseimbangkan pendidikan agama dan pendidikan akademik kerana kita mahu melahirkan anak yang cemerlang bukan sahaja di dunia tetapi juga di akhirat.

ibu bapa agar memberi lebih perhatian dalam bab fardu ain. Jangan melepaskan tanggungjawab itu kepada guru-guru agama atau ustaz dan ustazah sahaja. Analoginya, adalah lebih mudah bagi anak-anak meniru perbuatan ibu bapa yang menunaikan solat di rumah.

kesan solat bukan hanya terbatas kepada individu sahaja sebaliknya ia adalah sistem yang lengkap meliputi pendidikan umat yang komprehensif. Solat dengan pergerakan jasmani serta waktunya yang teratur amat bermanfaat kepada tubuh badan. Dalam segi kerohanian, zikir-zikirnya, bacaan-bacaan serta doa-doanya amat baik untuk melatih jiwa serta melentur emosi.

Orang yang beruntung adalah orang yang telah memberikan kebaikan untuk dirinya yang akan dia dapatkan simpanannya di sisi Allah. Dan orang yang celaka adalah orang yang yang memberikan kejelekan untuk dirinya yang akan mengakibatkan kesengsaraan.

terputusnya amalan seseorang itu dengan kematiannya, dan waktu untuk beramal adalah selama dia masih berada dalam kehidupannya.

Maka wajib bagi seorang muslim untuk berhati-hati dari sikap lalai dan membuang-buang waktu, dan hendaklah bersegera melakukan ketaatan sebelum datang kematian, tidak mengakhirkannya sampai waktu yang mungkin tidak bisa dia gapai.

amalan yang tak terputus: [shadaqah jariyah] Para ulama telah menafsirinya dengan wakaf untuk kebaikan, [ilmu yang bermanfaat] dengan cara seseorang mengajarkan ilmu kepada manusia perkara-perkara agama mereka, [anak shalih] Anak shalih baik laki-laki maupun perempuan, anak kandung maupun cucu, akan terus mengalir kemanfaatan mereka untuk para orang tua berkat doa baik yang diterima Allah untuk ibu bapak mereka. Juga shadaqah yang dilakukan anak-anak shalih untuk orang tua, juga hajinya, bahkan doa yang diucapkan orang yang pernah mendapatkan kebaikan dari anak-anak tersebut.

Hak-hak yang harus dipenuhi: [1] Memilih calon ibu yang baik, [2] Hendaknya kedua orang tua berdo’a dan merendahkan diri kepada Allah agar berkenan memberi rezki anak yang shalih kepada keduanya, [3] Memberi Nama Baik, [4] anak melihat dari orang tuanya dan dari masyarakatnya akhlak yang bersih, jauh dari hal yang merubah fitrah dan menghiasi kebatilan, baik akhlak yang dibenci itu berupa kekafiran atau bid’ah atau perbuatan dosa besar, [5] tumbuh bersih, suci, ikhlas dan menepati janji, dijauhkan dari orang-orang yang melakukan perbuatan syirik dan kesesatan, dan perbuatan bid’ah serta maksiat-maksiat, serta perbuatan-perbuatan yang memperturutkan hawa nafsu, [6] memerintahkannya untuk shalat di saat berumur 7 tahun, dan memukulnya lantarannya tidak mengerjakan shalat di saat berumur 10 tahun, serta memisahkan tempat tidur anak-anak mereka, [7] mengajari anak-anaknya untuk berenang, memanah dan menunggang kuda, [9] berlaku jujur, menepati janji dan berakhlak mulia, [10] mengajarinya petunjuk Rasulullah Shalllahu ‘alaihi wa sallam dalam makan dengan tangan kanan disertai dengan membaca basmalah dan makan makanan yang paling dekat, [10] bersikap adil dalam mendidik anak untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar, [11] mendidik anak untuk memakan makanan yang halal …..

Ada 10 bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya: [1]. Menumbuhkan rasa takut dan minder pada anak, [2]. Mendidiknya menjadi sombong, panjang lidah, congkak terhadap orang lain. Dan itu dianggap sebagai sikap pemberani, [3]. Membiasakan Anak-Anak Hidup Berfoya-foya, Bermewah-mewah Dan Sombong, [4]. Selalu Memenuhi Permintaan Anak, [6]. Terlalu Keras Dan Kaku Dalam Menghadapi Mereka, [7]. Terlalu Pelit Pada Anak-Anak, Melebihi Batas Kewajaran, [8]. Tidak Mengasihi Dan Menyayangi Mereka, [9]. Hanya Memperhatikan Kebutuhan Jasmaninya Saja, [10]. Terlalu Berprasangka Baik Kepada Anak-Anaknya.

Jika seorang ayah sibuk mendidik anak-anaknya sesuai yang diperintahkan Allah dan RasulNya, maka ia berada di atas jalan kebaikan yang besar. Anak-anak mendo’akannya di masa ayahnya masih hidup dan setelah kematiannya. Jika terjadi sebaliknya, mengenyampingkan tanggung jawab pendidikan anak-anak, maka dia berdosa dan anak-anak akan menjadi malapetaka bagi dirinya.

Perlunya Keteladanan dari Orang Tua

“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim)

Sungguh hadits ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam memberikan contoh, apalagi sebagai orang tua, kita dituntut lebih hati-hati. Sengaja atau tidak, ada efek negatif maupun positif. Kesalahan dalam membentuk karakter anak tanpa sengaja dapat terjadi dengan keteladanan yang buruk. Akibatnya bisa fatal, yaitu membentuk karakter yang rusak.

Memang banyak tips dan cara untuk mendidik anak, ada yang dengan metode A ada yang menyarankan dengan metode B. Namun, dari setiap metode-metode yang selama ini saya baca, keteladanan adalah metode yang jitu dalam pendidikan anak-anak di keluarga. Disini saya akan membahas fakta tentang pendidikan di rumah, pentingnya keteladanan dalam pendidikan, dan bagaimana orang tua agar mampu menjadi tauladan yang baik untuk anak

Pertama, cara mendidikan anak-anak dalam rumah. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa pendidikan itu akan terbentuk hanya di sekolah-sekolah, jadi tidaklah perlu orang tua mengarahkan anak-anaknya dirumah. Bahkan ada sebagian orang tua yang tidak tahu tujuan dalam mendidik anak. Perlu kita pahami, bahwasannya pendidikan dirumah yang meskipun sering disebut sebagai pendidikan informal, bukan berarti bisa diabaikan begitu saja. Orang tua harus memahami bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan institusi pendidikan formal. Ini bisa dimengerti karena keluarga merupakan sekolah paling awal bagi anak. Di keluargalah seorang anak pertama kali mendapatkan pengetahuan, pengajaran dan pendidikan.

Selain itu, orang tua juga harus mengetahui apa tujuan mereka mendidik anak-anaknya, apakah hanya sekedar bisa survive di dunia ini ataukah menginginkan anak-anaknya menjadi generasi yang unggul. Tujuan utama pendidikan adalah untuk melahirkan generasi-generasi yang berkepribadian Islam (syakhshiyah Islamiyyah), atau dengan kata lain, tujuan kita mendidik anak adalah untuk menjadikan mereka anak-anak yang sholeh/sholehah. Dan ini merupakan tugas utama sebagai orang tua. Setiap orang tua muslim pasti menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh/sholehah, karena mereka nanti adalah aset yang sangat berharga baik di dunia maupun diakherat. Di dunia mereka akan senantiasa patuh pada Allah dan kedua orang tuanya, dan bisa menjadi kebanggan keluarga, sedangkan di akherat nanti mereka akan menolong kedua orang tuanya, karena amalan yang tetap mengalir meskipun orang tua meninggal adalah doa anak sholeh/sholehah.

Kedua, pentingnya teladanan dalam mendidikan. Sebagaimana kita ketahui, Allah juga memberikan contoh-contoh Nabi atau orang yang bisa kita jadikan suri teladan dalam kehidupan atau peringatan agar kita tidak menirunya, sebagaimana firmanNya: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha kaya lagi Maha Terpuji” (Qs. al Mumtahanah [60]: 6)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Qs. Al-Ahzab [33]: 21)

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Qs. Luqman [31]: 12)

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa” (Qs. al-Lahab [111]: 1)

Oleh karena itu, keteladanan dalam dunia pendidikan adalah sangat penting, apalagi kita sebagai orang tua yang diamanahi Allah berupa anak-anak, maka kita harus menjadi teladan yang baik buat anak-anak. Kita harus bisa menjadi figur yang ideal bagi anak-anak, kita harus menjadi panutan yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini. Jadi jika kita menginginkan anak-anak kita mencintai Allah dan RosulNya maka kita sendiri sebagai orang tua harus mencintai Allah dan RosulNya pula, sehingga kecintaan itu akan terlihat oleh anak-anak. Akan sulit untuk melahirkan generasi yang taat pada syari’at jika kedua orang tuanya sering bermaksiat kepada Allah. Tidaklah mudah untuk menjadikan anak-anak yang gemar mencari ilmu Allah jika kedua orang tuanya lebih suka melihat televisi daripada membaca dan datang ke ceramah-ceramah, dan akan terasa susah untuk membentuk anak yang mempunyai jiwa pejuang dan rela memberikan segalanya untuk kepentingan Islam, jika bapak ibunya sibuk dengan aktivitas kerja meraih materi dan tidak pernah terlibat dengan kegiatan dakwah. Sebagai contoh, apa yang terjadi di Palestina, setiap generasi disana sejak kecil sudah menjadi mujahid, jiwa mereka sudah tidak ada rasa takut terhadap kematian dan mereka siap melakukan apa saja demi kejayaan Islam, ini semua karena orang tua mereka memberikan contoh nyata kepada mereka.

Disamping itu, tanpa keteladanan, apa yang kita ajarkan kepada anak-anak kita akan hanya menjadi teori belaka, mereka seperti gudang ilmu yang berjalan namun tidak pernah merealisasikan dalam kehidupan. Kita selalu mengajarkan agar anak kita mencintai Allah, namun kita sendiri lebih mencintai dunia…maka pengajaran tentang hal itu akan sulit untuk direalisasikan. Yang lebih utama lagi, metode keteladanan ini bisa kita lakukan setiap saat dan sepanjang waktu. Dengan keteladanan pengajaran-pengajaran yang kita sampaikan akan membekas dan metode ini adalah metode termurah dan tidak memerlukan tempat tertentu. Jadi…mampukan kita menjadi uswatun hasanah bagi anak-anak kita??

Untuk mampu menjadi uswatun hasanah, syarat utama adalah kita sebagai orang tua harus tahu Islam secara menyeluruh, bagi yang belum tahu Islam tidak ada kata terlambat, belajar Islam menjadi prioritas agar kita menjadi uswah yang ideal buat anak-anak. Islam adalah landasan yang ideal untuk membentuk suatu kepribadian, karena Islam adalah aturan yang menyeluruh bagaimana manusia hidup di dunia ini.

Khatimah

Mempunyai anak sholeh (anak yang berkepribadian Islam) adalah impian setiap orang tua, dengan keteladanan sepanjang masa adalah metode paling efektif. Orang tua juga harus mampu menjadi uswah yang baik buat anak-anaknya, namun janganlah lupa untuk selalu berdoa kepada Allah agar anak-anak kita menjadi sholeh/sholehah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar